عَنْ بُسَيْرَةً وَ كَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ ، قُلْتُ، قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ : عَلَيْكُنَّ بِا لتَّهْلِيْلِ وَ التَّسْبِيْحِ وَ التَّقْد...
عَنْ بُسَيْرَةً وَ كَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ ، قُلْتُ، قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ : عَلَيْكُنَّ بِا لتَّهْلِيْلِ وَ التَّسْبِيْحِ وَ التَّقْدِيْسِ وَلاَ تَغْفَلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ وَاعْقِدْنَ بِالْاَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُوْلاَتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ – رواه احمد والترمدي و ابوا داود، نيل الاوطار ، 2: 352
Dari Busairah, seorang perempuan muhajirat (yang berhijrah) ia berkata: Rasulullah telah bersabda kepada kami: “Hendaklah kamu kamu sekalian perempuan bertahlil dan bertasbih, serta me-Maha Suci-kan Allah dan janganlah kamu lalai hingga melupakan rahmat, hitunglah dengan jari, sesungguhnya jari itu (di hari kiamat) akan ditanya dan diminta bicara”. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Daud; Nailul Authar, 2 : 352)
عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ عَمرٍ قال : رَأَيْتُ رَسُولَ اللّهِ يَعْقِدُ التَّسْبِيْحَ، قال ابْن قُدَامَةَ : بِيَمِيْنِهِ – رواه ابوا داود ، عون المعبود، 4 : 368
Dari Abdillah bin Umar, ia berkata: “Saya melihat Rasulullah SAW bertasbih dengan jarinya”. Menurut Ibnu Qudamah; “Dengan jari tangan kanannya”. (H.R. Abu Daud; ‘Aunu al-Ma’bud, 4 : 368)
KETERANGAN:
Hadits ini tidak berarti tidak boleh bertasbih dengan menggunakan tangan kiri.
وَ عَنْ صَفِيَّةَ قَالَتْ : دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللّهِ أَرْبَعَةُ آلاَفِ نَوَاتٍ أُسَبِّححُ بِهَا فَقَالَ : لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذَا، أَلآَ أُعَلِّمُكَ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ ؟ فَقَالَتْ: عَلِّمْنِى، فَقَالَ : قُولِىى سُبْحَانَ اللّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ – رواه الترمدي ، نيل الاوطار، 2 : 352
Dari Shafiyah, ia berkata: Rasulullah masuk ke rumahku sedangkan dihadapanku ada 4.000 biji yang biasa aku gunakan untuk bertasbih, maka Nabi bersabda: “Kamu suka bertasbih dengan ini? Tidakkah aku mesti memberi tahu kepadamu sejumlah yang lebih dari apa yang engkau tasbihkan itu?” Maka Shafiyah berkata: “Ajarkanlah kepadaku”. Lalu Nabi bersabda: “Ucapkanlah olehmu; SUBHANA ALLAHI ‘ADADA KHALQIHI, yang artinya: (Maha Suci Allah dengan sejumlah makluknya)”. (H.R. Tirmidzi, Nailul Authar; 2 : 352)
KESIMPULAN:
Dengan demikian berdoa setelah shalat itu hendaklah dengan khusyu’, tidak dengan berjama’ah dan tidak dengan suara yang keras. Dan untuk menghitung 33 kali, gunakanlah jari tangan.