Pada artikel ini akan di bahas mengenai perbedaan pendapat mengenai doa setelah wudhu . Ada beberapa macam doa sesudah wudhu tetapi tidak se...
Pada artikel ini akan di bahas mengenai perbedaan pendapat mengenai doa setelah wudhu. Ada beberapa macam doa sesudah wudhu tetapi tidak semua haditsnya shahih, ada yang dhaif dan bahkan ada yang hanya pendapat ulama saja.
Simak hadits-hadits berikut yang menjelaskan tentang doa setelah wudhu, hadits mana yang shahih dan mana yang dhaif?
عَنْ عُمَرَ ابْنِ الخَطَّابِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللّهِ : مَا منْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّهِ وَ احْدَهُ لاَ شَريْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ ، إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَأَ – رواه مسلم : نيل الاوطار : 1 : 204
Umar bin Khattab r.a. ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah salah seorang dianatara kamu berwudhu lalu ia sempurnakan wudhunya, kemudian ia ucapkan: ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA (A)LLAHU...(Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah yang maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba dan utusanNya). Kecuali di bukakan baginya pintu-pintu syurga yang delapan, ia dapat (masuk) ke pintu mana saja yang ia kehendaki”. (Muslim; Nailul Authar, 1: 204)
KETERANGAN : Hadits di atas SHAHIH, di riwayatkan oleh Imam Muslim
وَ الْحَدِيْثُ أَخْرَجَهُ أَيْضًا التِّرْمِدِيُّ بِزِيَادَةِ : أللّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَ اجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ . لَكِنْ قَال التِّرْمِدِيُّ : وَ فِى إِسْنَادِهِ اِضْطِرَابٌ وَلاَ يَصِحُّ فِيْهِ كَبِيْرُ شَيْئٍ – نيل الاوطار، 1 : 204، تحفة الائحودى، 1: 181
Hadits yang sama dikeluarkan pula oleh Tirmidzi dengan tambahan: ALLAHUMMA.... (Yaa Allah! Jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku di antara orang-orang yang bersuci). Akan tetapi Tirmidzi berkata: “Dalam sanadnya Idhtirab (goncang) dan tidak shahih sedikitpun juga”. (Nailul Authar, 1: 2014, Tuhfatu al-Ahwadzi, 1: 181)
KETERANGAN:
Hadits diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, tetapi menurut beliau sendiri sanadnya Mudhtharib (goncang) dan tidak shahih.
وَقُلْ عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ : أَللّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى بِنُورِكَ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهُ أَوْلِيَإِكَ وَلاَ تُسَوِّدْ وَجْهِى بِظُلُمَاتِكَ يَوْمَ تَسْوَدُّ وُجُوهُ أَعْدَائِكَ – بداية الهداية : 15
Telah Berkata Al-Ghazali: “Bacalah ketika mencuci wajah; ALLAHUMMA.... (Yaa Allah! Putihkanlah wajahku dengan cahayaMu di hari putihnya wajah-wajah pembela agamaMu, dan janganlah Engkau hitamkan wajahku dengan kegelapanMu di hari hitamnya wajah musuh-musuhMu)”. (Bidayatu al-Hidayah, hal: 15)
KETERANGAN:
وَ أَمَّا دُعَأُ الاَعْضَأِ الْمَشْهُورِ فَلاَ أصْلَ لَهُ يُعْتَدُّ بِهِ – إعانة الطالببين، 1 : 54
Adapun doa-doa yang terkenal di waktu mencuci bagian-bagian anggota wudhu itu, TIDAK ADA asalnya yang dapat dijadikan pegangan. (I’anatu al-Thalibin, 1: 54)
وَأَمَّا ذَكَرَهُ أأَصْحَابُنَا وَ الشَّافِعِيَّةُ فِى كُتُوبِهِمْ مِنَ الدُّعَاءِ عِنْدَ كُلِّ عُدوٍى كَقَولِهِمْ يُقَالُ عِنْدَ غُسْلِ الْوَجْهِ : أَللّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى .....الخ
Adapun yang disebut-sebut oleh para sahabat kami, dan para pengikut Syafi’i dalam kitab-kitab mereka tentang doa/bacaan ketika mencuci setiap anggota wudhu seperti ucapan mereka yang dibaca ketika mencuci wajah; ALLAHUMMA BAYYIDH...
فَقَالَ الرَّافِعِيُّ وَ غَيْرُهُ : وَرَدَ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ الاَثَرُ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Al-Rafi’i dan lannya berkata: “ Doa-doa ini datang berupa atsar (peninggalan) dari orang-orang yang shaleh/sufi”.
وَ قَالَ النَّوَوِى فِى الرَّوْضَةٍ : هذَا الدُّعَاءُ لَا أَصْلَ لَهُ
Imam Nawawi berkata dalam kitab al-Raudhah: “Doa-doa ini tidaka ada asalnya/dasarnya”.
وَ قَالَ بْنُ الصّلاَحِ : لاَ يَصِحُّ فِيْهِ حَدِيْثٌ – نيل الاوطار، 1 : 205
Ibnu Shalah berkata: “Dalam hal ini tidak terdapat hadits yang shahih”. (Nailul Authar, 1: 205)
KETERANGAN:
Jadi anjuran berdoa untuk setiap anggota wudhu itu bukanlah hadits Nabi, tetapi melainkan HANYA FATWA ULAMA SAJA.
وَ قَالَ بْنُ القَيِّم فِى الهَدْيِ : وَلَمْ يُحْفَظْ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ عَلَى وُضُوئِهِ شَيْئًا غَيْرَ التَّسْمِيَةِ وَ كُلُّ حَدِيْثٍ فِى أَذْكَارِ الْوُضُوءِ الذّيْ يُقَالُ عَلَيْهِ فَكَذِبٌ مُحْتَلَقٌ لَمْ يَقُلْ رسول اللّهِ شَيْئًا مِنْهُ وَلاَ عَلَّمَهُ لِاُمَّتِهِ – تحفة الاحوذى، 1 : 182
Ibnu Qayyim berkata dalam (kitab) Hadyunya: “Dan tidak diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa Nabi mengucapkan sesuatu (ketika mencuci) bagian-bagian anggota wudhu, kecuali bassmalah. Dan setiap hadits yang menerangkan tentang bacaan-bacaan ketika mencuci bagian-bagian anggota wudhu adalah dusta yang dibuat-buat. Rasulullah SAW tidak mengucapkannya sama sekali, dan tidak pula mengajarkan kepada ummatnya”. (Tuhfatu al-Ahwadi, 1: 182)
KESIMPULAN:
Doa setelah wudhu yang shahih hanyalah doa sebagaimana di hadits no. 1 di atas, sedangkan doa-doa yang lainnya haditsnya dhaif. Tentu saja tidak bisa diamalkan apalagi jika hanya pendapat ulama saja.
Simak hadits-hadits berikut yang menjelaskan tentang doa setelah wudhu, hadits mana yang shahih dan mana yang dhaif?
عَنْ عُمَرَ ابْنِ الخَطَّابِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللّهِ : مَا منْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّهِ وَ احْدَهُ لاَ شَريْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ ، إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَأَ – رواه مسلم : نيل الاوطار : 1 : 204
Umar bin Khattab r.a. ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah salah seorang dianatara kamu berwudhu lalu ia sempurnakan wudhunya, kemudian ia ucapkan: ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA (A)LLAHU...(Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah yang maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba dan utusanNya). Kecuali di bukakan baginya pintu-pintu syurga yang delapan, ia dapat (masuk) ke pintu mana saja yang ia kehendaki”. (Muslim; Nailul Authar, 1: 204)
KETERANGAN : Hadits di atas SHAHIH, di riwayatkan oleh Imam Muslim
وَ الْحَدِيْثُ أَخْرَجَهُ أَيْضًا التِّرْمِدِيُّ بِزِيَادَةِ : أللّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَ اجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ . لَكِنْ قَال التِّرْمِدِيُّ : وَ فِى إِسْنَادِهِ اِضْطِرَابٌ وَلاَ يَصِحُّ فِيْهِ كَبِيْرُ شَيْئٍ – نيل الاوطار، 1 : 204، تحفة الائحودى، 1: 181
Hadits yang sama dikeluarkan pula oleh Tirmidzi dengan tambahan: ALLAHUMMA.... (Yaa Allah! Jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku di antara orang-orang yang bersuci). Akan tetapi Tirmidzi berkata: “Dalam sanadnya Idhtirab (goncang) dan tidak shahih sedikitpun juga”. (Nailul Authar, 1: 2014, Tuhfatu al-Ahwadzi, 1: 181)
KETERANGAN:
Hadits diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, tetapi menurut beliau sendiri sanadnya Mudhtharib (goncang) dan tidak shahih.
وَقُلْ عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ : أَللّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى بِنُورِكَ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهُ أَوْلِيَإِكَ وَلاَ تُسَوِّدْ وَجْهِى بِظُلُمَاتِكَ يَوْمَ تَسْوَدُّ وُجُوهُ أَعْدَائِكَ – بداية الهداية : 15
Telah Berkata Al-Ghazali: “Bacalah ketika mencuci wajah; ALLAHUMMA.... (Yaa Allah! Putihkanlah wajahku dengan cahayaMu di hari putihnya wajah-wajah pembela agamaMu, dan janganlah Engkau hitamkan wajahku dengan kegelapanMu di hari hitamnya wajah musuh-musuhMu)”. (Bidayatu al-Hidayah, hal: 15)
KETERANGAN:
وَ أَمَّا دُعَأُ الاَعْضَأِ الْمَشْهُورِ فَلاَ أصْلَ لَهُ يُعْتَدُّ بِهِ – إعانة الطالببين، 1 : 54
Adapun doa-doa yang terkenal di waktu mencuci bagian-bagian anggota wudhu itu, TIDAK ADA asalnya yang dapat dijadikan pegangan. (I’anatu al-Thalibin, 1: 54)
وَأَمَّا ذَكَرَهُ أأَصْحَابُنَا وَ الشَّافِعِيَّةُ فِى كُتُوبِهِمْ مِنَ الدُّعَاءِ عِنْدَ كُلِّ عُدوٍى كَقَولِهِمْ يُقَالُ عِنْدَ غُسْلِ الْوَجْهِ : أَللّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى .....الخ
Adapun yang disebut-sebut oleh para sahabat kami, dan para pengikut Syafi’i dalam kitab-kitab mereka tentang doa/bacaan ketika mencuci setiap anggota wudhu seperti ucapan mereka yang dibaca ketika mencuci wajah; ALLAHUMMA BAYYIDH...
فَقَالَ الرَّافِعِيُّ وَ غَيْرُهُ : وَرَدَ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ الاَثَرُ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Al-Rafi’i dan lannya berkata: “ Doa-doa ini datang berupa atsar (peninggalan) dari orang-orang yang shaleh/sufi”.
وَ قَالَ النَّوَوِى فِى الرَّوْضَةٍ : هذَا الدُّعَاءُ لَا أَصْلَ لَهُ
Imam Nawawi berkata dalam kitab al-Raudhah: “Doa-doa ini tidaka ada asalnya/dasarnya”.
وَ قَالَ بْنُ الصّلاَحِ : لاَ يَصِحُّ فِيْهِ حَدِيْثٌ – نيل الاوطار، 1 : 205
Ibnu Shalah berkata: “Dalam hal ini tidak terdapat hadits yang shahih”. (Nailul Authar, 1: 205)
KETERANGAN:
Jadi anjuran berdoa untuk setiap anggota wudhu itu bukanlah hadits Nabi, tetapi melainkan HANYA FATWA ULAMA SAJA.
وَ قَالَ بْنُ القَيِّم فِى الهَدْيِ : وَلَمْ يُحْفَظْ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ عَلَى وُضُوئِهِ شَيْئًا غَيْرَ التَّسْمِيَةِ وَ كُلُّ حَدِيْثٍ فِى أَذْكَارِ الْوُضُوءِ الذّيْ يُقَالُ عَلَيْهِ فَكَذِبٌ مُحْتَلَقٌ لَمْ يَقُلْ رسول اللّهِ شَيْئًا مِنْهُ وَلاَ عَلَّمَهُ لِاُمَّتِهِ – تحفة الاحوذى، 1 : 182
Ibnu Qayyim berkata dalam (kitab) Hadyunya: “Dan tidak diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa Nabi mengucapkan sesuatu (ketika mencuci) bagian-bagian anggota wudhu, kecuali bassmalah. Dan setiap hadits yang menerangkan tentang bacaan-bacaan ketika mencuci bagian-bagian anggota wudhu adalah dusta yang dibuat-buat. Rasulullah SAW tidak mengucapkannya sama sekali, dan tidak pula mengajarkan kepada ummatnya”. (Tuhfatu al-Ahwadi, 1: 182)
KESIMPULAN:
Doa setelah wudhu yang shahih hanyalah doa sebagaimana di hadits no. 1 di atas, sedangkan doa-doa yang lainnya haditsnya dhaif. Tentu saja tidak bisa diamalkan apalagi jika hanya pendapat ulama saja.